Sajagat.id, Kabupaten Bekasi – Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mengapresiasi program tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan (CSR) PT Lippo Cikarang Tbk yang mengusung konsep Urban Farming sebagai upaya mendukung ketahanan pangan, pelestarian lingkungan, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Sekretaris Bappeda Kabupaten Bekasi Didik Setiadi menyatakan, program urban farming tersebut diharapkan dapat menjadi contoh bagi kawasan industri maupun perusahaan lain dalam menyalurkan CSR berkelanjutan.
“Urban farming ini diharapkan bisa menjadi contoh bagi kawasan industri dan perusahaan lain sebagai wujud komitmen CSR yang berdampak langsung kepada masyarakat,” ujar Didik di Cikarang.
Didik menjelaskan, Kabupaten Bekasi masih memiliki banyak lahan tidur yang berpotensi dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH) sekaligus mendukung Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya di sektor ketahanan pangan.
Program CSR urban farming Lippo Cikarang dinilai mampu menggerakkan perekonomian masyarakat melalui pemberdayaan warga dengan penanaman berbagai komoditas pangan, seperti sayuran, buah-buahan, dan cabai.
“Urban farming tidak hanya bisa dilakukan di rooftop atau dinding bangunan, tetapi juga di pekarangan dan sempadan sungai. Jika dijalankan berkelanjutan, hasilnya bisa dijual dan meningkatkan ekonomi warga,” katanya.
Pemkab Bekasi berkomitmen mendorong sektor swasta menjalankan CSR berkelanjutan karena manfaatnya yang luas, mulai dari peningkatan kualitas udara, pencegahan banjir, pengurangan sampah, hingga penguatan ketahanan pangan dan ekonomi lokal.
Didik juga mengungkapkan, Pemkab Bekasi telah menginisiasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) CSR, yang pertama di Jawa Barat, untuk menyinergikan program CSR perusahaan dengan prioritas pembangunan daerah.
“Perusahaan bisa memilih kontribusi di sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur, atau lingkungan. Ini menjadi alternatif pembiayaan pembangunan dan mengurangi beban APBD,” ujarnya.
Chief Operating Officer (COO) PT Lippo Cikarang, Lukas Budi Setiawan, menegaskan bahwa seluruh program CSR perusahaan dijalankan melalui kerangka Lippo untuk Indonesia PASTI dengan prinsip keberlanjutan.
“Urban farming ini bagian dari komitmen kami memenuhi ruang terbuka hijau, menanam pohon keras di sempadan sungai, sekaligus memanfaatkannya untuk kebutuhan masyarakat,” katanya.
Program urban farming tersebut menjadi bagian dari pengembangan Lippo Cikarang Cosmopolis yang tidak hanya berfokus pada pembangunan kawasan, tetapi juga pelestarian lingkungan dan pengurangan emisi karbon.
Lukas memastikan setiap pengembangan kawasan komersial maupun residensial selalu disertai tanaman keras, semak, dan penghijauan sebagai bentuk komitmen menjaga lingkungan hidup.
Menurut Lukas, hasil panen dari program urban farming akan dibagikan kepada masyarakat sekitar dan dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Perusahaan juga membuka peluang untuk mereplikasi program serupa di lokasi lain.
“Kalau komunitasnya berjalan dan masyarakat merasakan manfaatnya, program ini akan kami duplikasi di tempat lain,” ujarnya.
Lippo Cikarang juga mengapresiasi keterlibatan Alva, produsen sepeda motor listrik sekaligus tenant kawasan industri Lippo Cikarang, yang turut mendukung konsep ekosistem energi bersih.
Founder Green House Bambu Foundation, Eko Jatmiko, menilai program urban farming Lippo Cikarang berkontribusi besar dalam mencegah degradasi lingkungan serta memperkuat konservasi aliran Kalimalang.
“Kalimalang adalah objek vital bagi sekitar 16 juta warga. Urban farming ini membantu menjaga kualitas lingkungan dan mengubah lahan tidur menjadi area produktif,” katanya.
Ia menyebutkan, Lippo Cikarang telah menyalurkan lebih dari 1.000 bibit dari 30 jenis tanaman, mulai dari pohon keras seperti trembesi, asem, dan mahoni, hingga tanaman pangan seperti bayam, kangkung, brokoli, tomat, dan cabai.(Red)







